Ingat Gudeg, ingat Yogya
meskipun tidak lagi menjadi makanan rakyat karena harganya termasuk mahal. Jika dulu banyak dijumpai mbok-mbok pedagang gudeg eceran di pinggir jalan untuk sarapan pagi, dimana kita bisa beli sepincuk atau sebungkus saja, kini hampir semua warung Gudeg menjadi rumah makan mewah dan mahal, sebagian yang kategori legendaris pelanggannya bejibun sampai harus ngantiiiii.....
Gudeg termasuk makanan kesukaanku, meski di rumah tak ada temannya, maksudku jika sesekali ingin makan gudeg, bisa beli di toko Gudeg dan hanya untuk dimakan sendirian saja, berhubung pada nggak suka, kecuali tak ada makan lainnya barulah suami dan ananda ikut makan juga.😁
Foto 1: gudeg kendil
ini hanya tentang ukuran porsi dan tampilan untuk menunjukkan keoutentikan, kekhas-an dan ketradisionalan belaka supaya lebih keren saja. Rasa dan varian menunya sama saja dengan kemasan yang tidak mengguakan kendil.
Foto 2:Gudeg Besek
Ini juga hanya masalah kemasan yang akan mempengaruhi harga paketnya. Harga besek anyaman bambu lebih murah dibandingkan kendil. isi paket standarnya sama, kita masih bisa minta tambahan beberapa item yang tidak termasuk dalam paket seperti misalnya tahu/tempe bacem, usus sapi, gepuk daging sapi, dll. Sekarang ini kemasan besek banyak digantikan dengan dos.
Foto 3: nasi gudeng satu porsi
aslinya dibungkus daun, atau dipincuk bila makan di tempat. tapi tidak menutup kemungkinan seiring jaman bisa jadi akan dibungkus dengan kertas nasi, tapi mungkin akan tetap dipertahankan kehadiran daun karena ketradisionalitasannya disitu. Untuk makan di tempatpun akhirnya biasa menggunakan piring baik dialas dau ataupun tidak
Foto 4: Gudeg Kaleng
jaman makin berkembang, dan globalisasimemungkinkan gudeng dalam kemasan kaleng agar lebih awet dan bisa dinikmati oleh orang-orang diseluruh dunia tanpa khawatir basi meskipun perlu waktu beberapa lama untuk sampai ke meja makan anda.
oke.....selamat menikmati gudeng dari Daerah Istimewa Yogyakarta, hmm#jadi pengin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar